ARTIKEL ILMIAH - UTS TPI
MENULIS ARTIKEL
DI BLOG PRIBADI
SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN
BUDAYA MENULIS
DI INDONESIA
OLEH: ATIKAH AYU
TAQIYYAH
NIM: 071411531004
UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada sebuah fakta, semakin
banyaknya rakyat Indonesia yang aktif menulis di blog pribadi. Hal ini
menunjukkan bahwa rakyat Indonesia sudah mulai sadar untuk membangun kultur
menulis. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka tidak menggunakan struktur
penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka cenderung menggunakan
kata singkatan, mencampur adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa gaul, bahasa
tidak baku seperti yang biasa digunakan remaja sehari-hari, bahasa asing dan
bahasa kedaerahan.
Penelitian ini hendak mengemukakan: a) Apakah yang melatar
belakangi rakyat Indonesia aktif menulis blog pribadi, b) Apakah tujuan rakyat
Indonesia menulis di blog pribadi, c) Mengapa rakyat Indonesia yang menulis
blog sering menggunakan bahasa tidak baku seperti yang biasa digunakan
sehari-hari, dengan dicampurkan bahasa asing dan bahasa kedaerahan, d) Mengapa
beberapa rakyat Indonesia memilih menulis blog menggunakan bahasa Indonesia
yang baku dan sesuai dengan EYD.
Penulis telah meneliti 10 blog pribadi dan
mewawancarai pemilik sekaligus penulis blog pribadi tersebut. Hasil dari
penelitian ini adalah hipotesis bahwa narasumber memiliki berbagai motif dan
latar belakang menulis blog dan dari 10 blog hanya ada 2 blog yang menggunakan
bahasa baku dalam penulisan seluruh artikelnya.
Kata kunci: masalah, menulis, blog pribadi
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian atau
pertukaran pesan antara seorang komunikator dengan komunikan. “Komunikasi dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja. Komunikasi terjadi pada semua makhluk
hidup” (Moerdijati, 2012:14). Komunikasi yang dilakukan manusia bisa secara non
verbal melalui gerak tubuh maupun ekspresi. Komunikasi juga bisa secara verbal
melalui bahasa, percakapan, maupun tulisan.
Di Negara Indonesia, budaya komunikasi yang
berkembang sejak zaman dahulu kala adalah budaya komunikasi melalui percakapan
atau lisan. Buktinya adalah sistem persebaran agama Islam di Indonesia. Dahulu
kala pedagang-pedagang dari Arab singgah di Indonesia. Ketika singgah di
Indonesia mereka tidak hanya menjajakan barang dagangannya, tetapi juga menyebarkan
kepercayaan, Islam. Cara yang ditempuh para saudagar adalah melalui percakapan,
satu per satu. Lalu orang yang telah bercakap dengan saudagar itu menceritakan
pada teman atau keluarganya, begitu pula seterusnya, hingga Islam dapat
berkembang di Indonesia. Bukti lainnya adalah masih terjaganya banyak cerita
rakyat, legenda, mitos, yang sudah ada dari zaman nenek moyang hingga saat ini.
Cerita rakyat itu dilestarikan secara turun temurun melalui lisan, diceritakan
pada anak cucu, hingga sekarang.
Lantas bagaimana dengan
budaya menulis rakyat Indonesia? “Dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat
ke-57 dari 65 negara di dunia. Atau peringkat 8 terakhir” (Supadilah, http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/16/rendahnya-minat-baca-bangsa-442837.html, diakses 27 Oktober 2014).
Meskipun begitu, ada
banyak rakyat Indonesia yang menuangkan hasil imajinasinya, maupun kegiatan
kesehariannya dalam bentuk tulisan di blog pribadi mereka. “Menurut Ketua Panitia Pesta Blogger 2009 Iman
Brotoseno, jumlah blogger pada tahun 2007 diketahui mencapai 300 ribu orang,
sedangkan tahun 2008 mencapai 600 ribu orang dan terakhir tahun 2009 mencapai
satu juta orang” (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/09/13/36331, diakses 27 Oktober 2014). Dengan semakin bertambahnya jumlah penulis blog di Indonesia,
maka hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar
untuk dapat bangkit dari keterpurukan dalam menumbuhkan budaya menulis.
Penulis mengambil
fenomena menulis blog pribadi untuk diteliti karena dengan semakin majunya
teknologi, maka kita semakin mudah dalam memperoleh berita, terutama melalui
akses internet, salah satunya adalah blog. Selain itu, bagi penulis, menulis
blog tidak hanya berguna bagi pengembangan skill menulis pada pribadi saja,
tetapi juga bisa menginspirasi dan membantu orang lain, bisa sebagai hiburan,
referensi, maupun refleksi diri, dan evaluasi. Blog juga gratis. Tidak perlu
merogoh kocek dalam untuk berlatih menulis di blog, tidak perlu membeli buku,
bolpoin, atau kertas. Yang terpenting adalah dampak positif yang muncul ketika
kita menulis di blog adalah kita dapat menularkan semangat kita untuk membangun
budaya menulis pada seluruh rakyat Indonesia.
“Taufik Ismail juga mengatakan bahwa
tentang mengarang yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya
satu atau dua kali diadakan selama SMP dan SMA dengan titikberat pada tata bahasa. Misalnya imbuhan, akhiran, dan sisipan.Jelas ini berakibat pada minat siswa untuk menulis. Seharusnya, justru mengarang-lah yang harus diperbanyak. Tata bahasa dapat dibetulkan sembari mengoreksi karangan atau tulisan siswa” (Supadilah, http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/16/rendahnya-minat-baca-bangsa-442837.html, diakses 27 Oktober 2014). Dari cuplikan artikel di atas
kita dapat memahami bahwasanya perkembangan tata bahasa dapat diperbaiki
seiring dengan berjalannya waktu. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana
cara untuk menumbuhkan minat menulis pada rakyat Indonesia dan membentuknya
sebagai sebuah budaya di negara Indonesia.
Penelitian ini dilakukan
oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui apa saja yang sekiranya melatar
belakangi, dan apa tujuan yang mendorong narasumber (10 penulis blog pribadi)
saat menulis di blog pribadi mereka, serta mengetahui penyebab mereka
menggunakan bahasa baku dan bahasa yang tidak baku dalam penulisan di setiap
artikelnya. Sehingga diharapkan para pembaca artikel ilmiah ini menjadi
terinspirasi dari pengalaman narasumber dan lebih termotivasi dalam menulis blog
pribadi maupun media lain demi meningkatkan budaya menulis pada masyarakat
Indonesia.
METODE
PENELITIAN
Penulis menggunakan dua
metode dalam melakukan penelitian ini, diantaranya:
1. Mewawancarai 10 responden yang masing-masing telah aktif
menulis blog setidaknya selama dua tahun terakhir
2. Mengamati tata bahasa yang digunakan responden saat menulis
artikel pada blog pribadinya.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dengan
metode yang telah dipaparkan di atas, penulis telah mewawancarai dan mengamati
artikel pada blog responden dan memperoleh data sebagai berikut:
LATAR
BELAKANG MENULIS BLOG PRIBADI
Ketika penulis
mewawancarai seluruh responden mengenai apa latar belakang mereka menulis blog,
9 dari 10 responden mengatakan latar belakang mereka menulis di blog pribadi
adalah karena bagi mereka perjalanan hidup yang mereka lalui adalah pengalaman
yang manis dan terlalu indah jika dilupakan begitu saja. 1 orang lagi
mengatakan ia suka menulis.
TUJUAN
MENULIS BLOG PRIBADI
Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa dari 10
penulis blog pribadi yang diteliti oleh penulis, ternyata memiliki 4 jawaban
ketika ditanya mengenai tujuan menulis di blog pribadi, diantaranya:
1. Sebanyak 1 responden menulis artikel di blog pribadi
bertujuan untuk melepas kepenatan setelah beraktivitas dengan jadwal yang
padat.
2. Sebanyak 2 responden menulis artikel di blog pribadi
bertujuan untuk memberikan hiburan bagi para pembacanya.
3. Sebanyak 6 responden menulis artikel di blog pribadi
bertujuan untuk membagikan cerita kejadian-kejadian dalam rutinitasnya,
sehingga pembaca dapat mengambil hikmah dari tulisannya.
4. Sebanyak 1 responden menulis artikel di blog pribadi
bertujuan untuk membiasakan diri dalam menulis, sehingga kalimat yang ia
gunakan menjadi semakin tertata rapi dan diksi yang digunakan pun semakin tepat
guna.
ALASAN
MENGGUNAKAN BAHASA BAKU ATAU TIDAK BAKU DALAM PENULISAN ARTIKEL DI BLOG PRIBADI
“Bahasa
adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh
bahasa” (Chaer, 2012: 53). Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia
baik itu ketika manusia berbicara, menulis, membaca, dan mendengar. Oleh karena
itu kali ini penulis ingin menganalisa penggunaan bahasa dalam artikel-artikel responden.
Dari hasil analisa yang
dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa dari 10 blog responden, 8 diantaraya
selalu menggunakan bahasa tidak baku, dan hanya ada 2 blog yang konsisten
menggunakan bahasa baku di seluruh artikelnya. Masing-masing penulis blog memiliki
alasan tersendiri dalam memilih gaya penulisan artikel pada blog pribadi
mereka.
Berikut ini adalah alasan mengapa responden menggunakan
bahasa tidak baku:
1. Ketika penulis mewawancarai Anindita Larasati, salah seorang responden
mengenai alasan mengapa responden menggunakan bahasa tidak baku, beginilah
jawabannya, “Ya biar pesan tersampaikan, lagian aku juga ga bisa pake EYD
gitu.” Responden merasa tidak terlalu mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar yang sesuai dengan EYD. Sehingga ia lebih memilih untuk
mencampur adukkan bahasa. “Yang penting you
know I know, okay” lanjut Anindita.
2. Responden ingin memberikan kesan akrab pada seluruh
pembacanya agar para pembaca semakin senang dan tertarik dan mengajak
teman-teman lain untuk turut membaca artikelnya sehingga jumlah pembaca blog
pribadinya terus bertambah dengan jumlah yang signifikan.
“Orang
berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut
aktualisasi-diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi-diri” (Mulyana,
2008: 14). Menulis blog juga termasuk salah satu bentuk komunikasi. Berdasarkan
pernyataan responden dan teori di atas penulis menganalisa bahwa responden ini
memilih menggunakan bahasa tidak baku agar para pembacanya semakin bertambah
banyak. Melihat keinginan peningkatan jumlah pembaca di sini dapat dilihat
bahwa ia ingin menunjukkan eksistensi-dirinya pada seluruh pembaca. Terlebih
lagi jika terdapat kolom jumlah viewers di
tepi blog miliknya.
3. Responden ingin memberikan kesan yang menarik dalam
pertukaran pesan antara dirinya sebagai komunikator pada pembaca sebagai
komunikan.
“Sistem
internal adalah semua unsur yang terdapat dalam diri para peserta komunikasi,
yang membentuk individu menjadi unik. Konsep lain yang sering digunakan untuk
menyebut sistem internal adalah field of
experience, frame of reference, cognitive structure, dan lain-lain”
(Moerdijati, 2012: 71). Jika kita resapi alasan responden di atas, ia menggunakan
bahasa tidak baku karena ingin membagikan field
of experience atau pengalaman yang telah dia alami kepada para pembaca
dengan menarik, karena baginya dengan menggunakan kalimat tak baku, pembaca
akan lebih merasakan sensasi dari cerita yang ia tuliskan. Sehingga pengetahuan
pembaca semakin bertambah tanpa merasa bosan ketika membaca tulisannya.
4. Responden ingin menunjukkan dari daerah mana ia berasal.
“Bahasa itu unik. Unik
artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.” (Chaer,
2012: 51). Setiap orang memiliki ciri khas tersendiri dalam menggunakan bahasa.
Bagi yang berasal dari Pulau Jawa, menjadi hal yang wajar apabila dalam
percakapan maupun tulisannya terselip satu atau dua kata berbahasa Jawa
sehingga bahasa yang ia kenakan bukan lagi menjadi bahasa Indonesia yang baku.
Secara sadar maupun tidak, terkadang penulis log pribadi menyelipkan kata-kata
yang bersifat kedaerahan ketika mereka merasa sangat asyik menulis. Misalnya
menggunakan kata masio, kepek, lha wong, dan
lain-lain.
Dari keempat alasan dari halaman sebelumnya, dapat
digambarkan dalam sebuah diagram lingkaran sebagai berikut:
|
Sementara 20% dari responden memilih untuk konsisten
menggunakan bahasa baku. Mengapa? Berikut ini adalah alasan mengapa responden
menggunakan bahasa baku:
Ia ingin memberikan kesan yang sangat dalam ketika orang lain
membaca artikelnya. “Lebih asik, lebih menyentuh, terus puitisnya tuh dapet.
Kalau bahasa sehari-hari udah mainstream dan flat gitu rasanya.” jawab Safira
Mirahantini ketika ditanya apa alasan ia tetap konsisten menggunakan kalimat
baku di setiap artikelnya.
“Diksi atau pemilihan kata bukan hanya sekadar pemilihan kata
begitu saja melainkan juga pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks
situasinya” (Antonius, http://antoniusgunadarma.blogspot.com/2012/10/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-bahasa.html, diakses 28 Oktober 2014). Dengan pemilihan kata yang tepat,
penulis dapat meninggalkan kesan mendalam pada setiap pembacanya. Hal yang sama
pun diungkapkan oleh Chiki Anwar.
SIMPULAN
Setiap penulis memiliki latar belakang dan tujuan yang
berbeda-beda yang mendorong mereka untuk
menulis, apapun itu, tetapi dengan hadirnya latar belakang dan tujuan
itulah penulis blog pribadi, terutama rakyat Indonesia semakin semangat untuk
menulis dan bangkit dan mengejar ketertinggalan budaya menulis di Indonesia
dengan negara-negara lain.
Untuk sebuah awalan, bukanlah sebuah masalah apabila penulis
menggunakan bahasa baku ataupun tidak. Ala bisa karena biasa. Tata bahasa dapat
diperbaiki seiring dengan semakin banyaknya penulis membaca buku atau artikel
dan semakin seringnya mereka menulis. Pemilihan diksi pun akan mengikuti dari
perkembangan skill penulis. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita
dapat mengawali dan memberikan contoh kepada orang lain agar mereka menjadi
termotivasi untuk menulis dan membangkitkan budaya menulis di negara kita,
Negara Indonesia.
SARAN
1.
Untuk meningkatkan budaya menulis pada
rakyat Indonesia maka kita harus mulai menulis dari sekarang dan menularkan
spirit kita pada orang lain agar terpacu untuk menulis juga.
2.
Biasakanlah untuk menulis, dimulai dari
menulis hal-hal yang sederhana, seperti menulis kegiatan sehari-hari, cerita
fiksi, atau artikel pengetahuan.
3.
Untuk mengembangkan tata bahasa, maka
kita harus sering-sering menulis, dan membaca referensi-referensi baik dari
buku maupun artikel yang menggunakan tata bahasa yang baik, lalu biasakanlah
menulis dengan tata bahasa yang baik dan benar sehingga tata bahasa pada
tulisan kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Antonius, Yonathan. Diksi atau Pilihan Kata dalam Bahasa
Indonesia. Kamis, 04 Oktober 2012 (http://antoniusgunadarma.blogspot.com/2012/10/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-bahasa.html, diakses tanggal 28 Oktober 2014).
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Moerdijati, Sri. 2012. Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya:
PT Revka Petra Media.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
News, Merdeka. Pengguna Blog Indonesia Capai Satu Juta
Orang. Minggu, 13 September 2009. (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/09/13/36331, diakses 27 Oktober 2014).
Supadilah. Rendahnya Minat Baca Bangsa. Jumat, 16
Maret 2012. (http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/16/rendahnya-minat-baca-bangsa-442837.html, diakses tanggal 27 Oktober 2014).