Tugas TPI "PERANAN RADIO SIARAN DALAM KEMERDEKAAN NEGARA INDONESIA HINGGA ORDE BARU"

PERANAN RADIO SIARAN DALAM KEMERDEKAAN NEGARA INDONESIA HINGGA ORDE BARU

OLEH: ATIKAH AYU TAQIYYAH
NIM: 071411531004
PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Komunikasi sangat erat keterkaitannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang pasti akan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Komunikasi pada awalnya hanya bersifat antar personal, hanya terjadi antara satu orang komunikator dengan satu orang komunikan. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu komunikasi kemudian berkembang menjadi komunikasi massa. Adanya komunikasi massa pertama kali dirumuskan dala bentuk teori yang dicetuskan oleh Aristoteles, seorang filusuf yang berasal dari Yunani. Teori Aristoteles disebut juga teori retoris atau public speaking. Setelah tercetusnya teori public speaking itu kemudian ilmuwan-ilmuwan melakukan penelitian dan menggali lebih dalam mengenai teori komunikasi.
Seiring dengan berjalannya waktu penelitian yang terjadi tidak hanya sebatas meneliti lebih dalam teori mengenai komunikasi saja, tetapi kemudian berkembang hingga meneliti bagaimana untuk bisa melakukan komunikasi dengan lebih efektif dan efisien. Misalnya dalam satu kali komunikator menawarkan sebuah produk ia tidak lagi hanya mendapatkan satu orang peminat, tetapi bisa mendapatkan seribu peminat produk tersebut. Setelah melakukan proses berpikir dan penelitian yang panjang maka hadirlah media-media yang digunakan untuk menjadikan komunikasi lebih efektif dan dapat diterima oleh banyak umat manusia. Lalu media-media tersebut dikelompokkan berdasarkan zaman atau eranya, seperti yang dijelaskan McLuhan bersama Quentin Fiore (Morissan, 2010:16) menyatakan bahwa media memiliki empat era. Era tersebut diawali dengan era kesukuan, kemudian berkembang menjadi era tulis, lalu berkembang menjadi era cetak, lalu yang masih digunakan hingga kini ialah era elektronika.
Era kesukuan cenderung menyebarkan informasi melalui cerita. Kemudian cerita-cerita tersebut didengarkan oleh masyarakat dan masyarakat menceritakannya lagi pada orang lain yang belum mengetahui. Pertukaran informasi seperti itu terjadi secara terus menerus dari satu orang ke orang yang lain. Kelemahan dari era ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk menyebarkan satu informasi.
Lalu manusia mulai untuk mengembangkan dan berpikir untuk lebih efisien hingga mereka memasuki era tulisan. Pertukaran informasi pada era ini tidak hanya sebatas menggunakan indera pendengaran, tetapi juga indera penglihatan, caranya adalah dengan membaca. Manusia mulai mengenal huruf, abjad, dan belajar membaca. Di era inilah kemudian banyak orang yang membaca dan kemudian mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Hal ini disebabkan karena memang mereka merasakan bahwa dengan membaca mereka akan menjadi lebih tahu informasi-informasi yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Kelemahan dari era ini adalah hasil-hasil tulisan masih sangat terbatas jumlahnya, karena proses memperbanyak buku atau tulisan masih manual dengan menulis ulang. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbanyak karya tersebut.
Kemudian manusia mengembangkannya lagi hingga mereka menemukan media cetak. Di era cetak ini menunjukkan betapa perkembangan teknologi mulai canggih, manusia tidak membutuhkan waktu lama untuk memperbanyak cetakan buku. Sekali menulis buku, kemudian diperbanyak dengan menggunakan alat, tidak perlu ditulis ulang, ini merupakan terobosan yang lebih efektif untuk menyebarkan informasi. Kelemahan dari era ini adalah lamanya distribusi tulisan. Apabila ingin menyebarkan buku atau tulisannya pada orang lain mereka harus menggunakan jasa pengiriman melalui jalur darat, laut, maupun udara, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
Kemudian manusia kembali meneliti dan menemukan sebuah terobosan baru dan menghasilkan sebuah media yang lebih efektif yakni media elektronik. Pada era elektronik ini sangatlah mungkin jika kita berhubungan dengan manusia-manusia di berbagai negara, dalam waktu yang singkat, cepat, hingga dunia serasa tanpa batas. Di masa inilah berbagai teknologi komunikasi mulai hadir, seperti telegraf, telepon, televisi, dan radio, serta internet. Era elektronika ini masih digunakan dan terus dikembangkan hingga sekarang.
Setiap media elektronik yang telah tercipta pasti memiliki keunggulan dan peranan yang penting bagi kehidupan manusia yang menggunakannya. Salah satu contoh media elektronik yang berperan besar dalam kehidupan penggunanya adalah radio. Radio adalah sebuah teknologi yang digunakan dengan mengirim sinyal dan gelombang elektromagnetik yang dapat merambat melalui ruang angkasa yang hampa udara. Radio digunakan sebagai media yang menyampaikan pesan berupa lisan saja, sehingga sangat minim lambang non verbalnya (Effendy, 1978:21).
Siaran radio pertama kali dilakukan oleh Amerika Serikat. Di Amerika Serikat radio awalnya difungsikan sebagai media kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1915. Lalu radio digunakan untuk memperlancar pengiriman informasi saat perang dunia I. untuk tahun-tahun setelahnya, radio digunakan sebagai media untuk membagikan informasi perkembangan dalam pemilihan umum di Negara Amerika Serikat.
Negara pengguna radio kedua setelah Amerika adalah Inggris pada tahun 1922, di Negara ini radio digunakan untuk menyiarkan berita harian. Setelah Inggris, negara yang menggunakan radio adalah Uni Soviet. Siaran pertama pada tahun 1922 di Moskow, kemudian berkembang dengan cepat dan menjangkau seluruh negeri. Fungsi radio di Uni Soviet adalah sebagai media untuk menyebarkan informasi politik, memelihara pendidikan budaya di kalangan masyarakat, mengerahkan rakyat untuk selalu mendukung program-program pemerintah, serta menyajikan hiburan-hiburan yang positif bagi masyarakat sekitarnya.
Negara pengguna radio selanutnya adalah Perancis pada tahun 1923. Kala itu radio menyiarkan musik, warta berita, dan programa politik. Dan radio dianggap sebagai sarana yang sangat penting dalam melakukan persuasi untuk memenangkan pemilihan umum di Perancis.
Negara selanjutnya yang menggunakan radio adalah Jepang. Siaran di Jepang dimulai pada tahun 1925 di Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Siaran awal adalah mengenai tragedi bencana gempa bumi yang terjadi di Tokyo. Sejak siaran tersebut, masyarakat menjadi sadar akan pentingnya radio sebagai media untuk menyampaikan informasi-informasi penting bagi masyarakat umum dengan cepat dan skala yang luas.
Setelah Negara Jepang adalah negara Cina. Siaran pertama kali dilakukan di Cina pada tahun 1945. Siaran awal hanya terbatas pada siaran berita, dan komentar politik. Kemudian pada tahun 1959 konten dalam siaran berkembang tidak hanya mengenai berita dan komentar tentang politik, tetapi ada program-program yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, musik, kesusastran, dan darama.
Dari contoh negara-negara pelopor penyiaran radio seperti yang disebutkan di atas dapat kita ketahui bahwa radio memiliki 3 fungsi yakni:
1.      Sebagai media untuk propaganda.
2.      Sebagai media untuk menyajikan hiburan.
3.      Sebagai media pembangunan masyarakat.
Untuk perkembangan radio di Indonesia sendiri juga tidak kalah berkembangnya dengan negara-negara pelopor radio. Indonesia telah mengenal radio sejak Indonesia masih berada dalam masa penjajahan Belanda. Radio awalnya berdiri di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1925 yang diberi nama Bataviase Radio Vereniging di Batavia. Setelah itu bermunculanlah radio-radio lain di berbagai kota, seperti Yogyakarta, Surakarta, Bandung, Mataram, Surabaya, Semarang, Medan, serta beberapa kota lainnya.
Radio-radio ini menyiarkan tentang berita-berita yang seluruhnya dikuasai oleh Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM). NIROM merupakan badan yang mengurus tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyiaran radio di Indonesia. Tujuan NIROM menguasai seluruh berita-berita yang disiarkan di radio adalah untuk mematikan perkumpulan-perkumpulan radio siaran yang bersifat ketimuran, dan yang menumbuhkan tentang nasionalisme. Karena jika siaran semacam itu terus dibiarkan, maka masyarakat Indonesia akan membentuk sebuah kesatuan atas dasar nasionalisme lalu bergotong royong menyerang bangsa Belanda.
Akan tetapi rakyat Indonesia dari berbagai wilayah justru bersatu. Seperti yang dijelaskan oleh Onong Uchjana dalam bukunya Teori Komunikasi Massa:
‘[P]ada tanggal 29 Maret 1937 atas usaha anggota Volksraad M. Sutarjo Kartokusumo dan seorang Insinyur bernama Ir. Sarsito Mangunkusumo diselenggarakan suatu pertemuan antara wakil-wakil radio ketimuran bertempat di Bandung untuk membentuk Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) sebagai ketuanya adalah Sutarjo Kartohadikusumo. Tujuan PPRK yang non-komersial itu bersifat “social kultureel” semata-mata memajukan kesenian dan kebudayaan nasional guna kemajuan masyarakat Indonesia, rohani, dan jasmani.’ (Uchjana, 1991:56)
Pada zaman penjajahan Jepang, radio-radio yang sifatnya ketimuran disegel. Akibatnya adalah rakyat Indonesia tidak bisa mendengarkan radio siaran luar negeri maupun radio ketimuran. Radio yang bisa mereka dengarkan adalah Hoso Kyoku. Radio kemudian diarahkan pada kepentingan militer Jepang saja. Tetapi, pada masa itu rakyat Indonesia diberikan kebebasan oleh jepang untuk menyajikan kesenian-kesenian dan tampilan budaya, sehingga mulai banyak seniman dan penyanyi yang bermunculan. Seperti yang dikatakan Uchjana dalam bukunya Teori Komunikasi Massa menyebutkan:
‘[J]epang telah membatasi daya dengar rakyat Indonesia, sehingga hanya dapat mendengarkan Hoso Kyoku saja. Meskipun demikian, di kalangan pemuda terdapat beberapa orang yang dengan resiko kehilangan jiwa secara sembunyi-sembunyi terus mendengarkan siaran luar negeri. Pada tanggal 14 Agustus 1945 itulah pemuda-pemuda pejuang mendengarkan dari siaran luar negeri bahwa Jepang telah menyerah.’ (Uchjana, 1991: 58).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 para pemuda pejuang Indonesia mendengarkan siaran radio luar negeri secara diam-diam. Dari radio tersebut mereka mendapatkan informasi bahwa Jepang telah menyerah pada Amerika dan mengumumkan kekalahannya. Berkat informasi tersebut para pemuda langsung bergerak membuat gerakan yang tujuannya adalah untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal ini disebabkan karena mereka merasa bahwa ini adalah momen yang tepat, karena Indonesia sedang mengalami vacuum of power atau kekosongan kekuasaan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi baru bisa disiarkan di radio pada tanggal 18 Agustus 1945 karena saluran-saluran radio dijaga sangat ketat oleh Jepang. Tujuan disiarkannya teks proklamasi ini adalah agar seluruh rakyat Indonesia di berbagai pelosok bisa mendengar kabar kemerdekaan negaranya. Tetapi kenyataannya siaran tersebut hanya bisa didengarkan oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya saja. Lalu pegawai teknik radio menyalurkan siarannya melalui siaran luar negeri yang saat itu terletak di Bandung. Dengan demikian, pendengar luar negeri justru mendengar lebih dahulu berita tentang kemerdekaan Indonesia daripada bangsa Indonesia sendiri yang telah merdeka.
Jepang yang tak terima pun berusaha untuk menghentikan siaran-siaran tersebut. Akan tetapi bangsa Indonesia tidak tinggal diam, mereka berusaha untuk menggunakan pemancar gelap, dan berhasil. Lalu pemancar tersebut berkumandang di udara radio siaran dengan station call Radio Indonesia merdeka. Radio tersebut kemudian digunakan oleh Mohammad Hatta dan pemimpin-pemimpin lainnya untuk mengadakan pidato radio yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 10 September 1945 para pemimpin radio-radio di seluruh jawa berkumpul di Jakarta. Tujuan pertemuan ini adalah untuk merumuskan strategi menuntut Jepang untuk menyerahkan semua stasiun radio beserta pemancar dan seluruh perlengkapannya kepada bangsa Indonesia. Beberapa utusan yang telah dipilih pun akhirnya maju kepada Jepang. Namun usaha tersebut gagal karena seluruh aset Jepang yang ada di Indonesia bukan lagi berada di bawah kekuasaan Jepang, tetapi sudah diambil alih oleh sekutu.
Para pemimpin radio-radio Indonesia pun kembali merumuskan, hingga pada tanggal 11 September 1945 mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran yang bernama Radio Republik Indonesia. Seletah berdirinya RRI seluruh pidato dan berita mengenai Indonesia pun disiarkan. Tetapi itu tidak berlangsung lama. Tentara sekutu datang ke Indonesia dan berusaha menguasai RRI. Peperangan pun terjadi.
Salah satu peperangan terbesar adalah di Surabaya yang akhirnya menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby. Pada peristiwa itu, tanggal 10 November 1945 itu muncullah pahlawan radio yang bernama Bung Tomo yang dengan gaya khasnya berhasil membangkitkan semangat bertempur, bukan hanya di Surabaya, tetapi juga di berbagai wilayah lain di Indonesia. Dalam pidatonya, semangatnya begitu berkobar demi membela tanah airnya, kegairahan pasukan sekutu untuk bertempur semakin berkurang. Rakyat Indonesia pun terpacu untuk terus berjuang hingga akhirnya mereka dapat merebut Indonesia kembali untuk tetap menjadi Indonesia yang merdeka.
Kemudian memasuki orde baru, hingga akhir tahun 1966 RRI merupakan satu-satunya radio siaran di Indonesia. RRI dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1966 banyak sekali perubahan, termasuk perubahan kepemimpinan dari kepemimpinan Sukarno, menjadi kepemimpinan Soeharto. Kemudian pergantian dari Orde Lama ke Orde Baru. Hal ini membuka peluang bagi mereka-mereka yang memiliki hobi radio amatir untuk mengadakan siaran. Mereka pun mulai menyiarkan program dalam bentuk kesenian seperti yang dilakukan oleh RRI.
Dengan semakin menjamurnya radio amatir di Indonesia, maka pemerintah membuat peraturan untuk mengontrol pergerakan radio-radio amatir dan radio pemerintah. Aturan tersebut menentukan bahwa radio siaran pemerintah harus berfungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat hiburan. Bukan sebagai alat untuk kegiatan politik. Dan radio-radio siaran berkewajiban untuk membela, mendukung, dan menegakkan Pancasila serta UUD 1945 dan memperjuangkan pendapat yang dihayati oleh moral dan etika Pancasila.
Stasiun-stasiun radio siaran swasta semakin lama semakin menyadari betapa penting posisinya dalam masyarakat. Akhirnya merereka pun bersatu dan membentuk Persatuan Radio Siaran Swasta  Niaga Indonesia yang disingkat PRSSNI. PRSSNI kemudian bekerjasama dengan PRI dan saling membantu untuk saling berkembang. PRI sering menyelenggarakan penataran bagi para anggota PRSSNI. Tujuannya adalah agar anggota di dalam PRSSNI dapat berkembang dengan baik dan memberikan sajian yang menghibur, mendidik, dan mengedukasi masyarakat. Lalu pada 17 Agustus 1976 indonesia meluncurkan Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa yang berperan besar dalam mengembangkan siaran radio, telepon, televisi, dan lain-lain.
Dengan adanya radio, bangsa Indonesia tidak hanya sekedar mendapatkan informasi-informasi, persuasi, dan hiburan, seperti yang didapatkan oleh negara-negara pelopor radio. Justru dengan adanya radio, Indonesia memperoleh hal yang sangat besar dan sangat berarti, yakni kemerdekaan bangsa yang harus kita pertahankan hingga tetes akhir darah penghabisan.



DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1978. Radio Siaran Teori & Praktek. Bandung: cv. Mandar Maju

Morissan / Hamid, Farid. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT Ghalia Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 Comments:

Posting Komentar