CFD Bebas Polusi?

TUGAS DASAR JURNALISTIK
OPINI

Nama   : Atikah Ayu Taqiyyah
NIM    : 071411531004
Prodi   : Ilmu Komunikasi


CFD Bebas Polusi?

            Car Free Day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor merupakan sebuah kegiatan yang tengah digencarkan oleh pemerintah di beberapa kota di Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menurunkan tingkat emisi gas buang kendaraan bermotor serta membiasakan masyarakat untuk berpola hidup sehat dengan berolahraga. Di Surabaya kegiatan ini diselenggarakan setiap hari Minggu di Jalan Tunjungan dan Jalan Raya Darmo yang dimulai sejak pukul 06.00-09.00 WIB.
Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat. CFD yang dilaksanakan seminggu sekali ini selalu dipenuhi oleh masyarakat dari berbagai golongan dan usia. Dalam beberapa wancara dengan media massa ketika awal-awal pengesahan CFD, masyarakat mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk jalan-jalan santai dan bersepeda bersama teman atau keluarga. Semakin lama kegiatan ini dilaksanakan, beberapa golongan masyarakat pun mulai melihat peluang bisnis di area ini. Mereka memutuskan untuk membuka lapak dan berjualan berbagai produk, seperti makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya.
Dengan adanya lapak-lapak ini tentunya semakin mengundang masyarakat untuk mengunjungi kawasan CFD. Tujuannya bukan lagi semata-mata untuk berolahraga, tetapi mulai berkembang menjadi ajang untuk mencari sarapan, serta berburu produk dengan harga murah. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi para perintis usaha kecil di wilayah Surabaya. Mereka dapat memasarkan produknya dengan biaya lapak yang cenderung terjangkau.
Akan tetapi di lain sisi, lapak yang mereka gelar justru menimbulkan masalah baru, yakni masalah kebersihan di sekitar area CFD. Bagaimana tidak, setiap produk yang dijual, makanan misalnya, dibungkus dalam sebuah plastik atau tatakan dari kertas. Kebanyakan pengunjung yang membeli makanan atau minuman di sebuah lapak akan mengkonsumsi makanannya sambil berjalan-jalan. Ketika makanan atau minumannya habis, maka mereka akan kebingungan harus membuang dimana. Terlebih lagi tempat sampah di sekitar wilayah CFD cenderung masih terhitung sedikit. Sementara jika terus menerus membawa plastik bekas makanan ketika berjalan, mereka akan merasa tidak nyaman. Hingga akhirnya mereka membuang sampah di tepi trotoar atau bahkan di tengah jalan.
Tidak hanya pengunjung yang membeli produk saja, beberapa penjual bahkan turut andil dalam mengotori area CFD. Saat ditanya mengenai alasan mereka membuang sampah sembarangan, mereka mengatakan bahwa mereka lupa membawa tempat sampah, dan membuang di tempat sampah terdekat sangatlah tidak efektif dan memperlambat kinerjanya dalam melayani pembeli. Mereka membuang sampah sisa bungkus kopi, atau sisa plastik lainnya begitu saja, beterbangan hingga ke area sekitarnya.
Jika kita lihat dari satu sisi, memang benar kegiatan CFD dapat mengurangi polusi udara sisa hasil buangan dari kendaraan bermotor. Akan tetapi kegiatan CFD justru menimbulkan masalah baru yakni timbunan polusi tanah di sekitar wilayah CFD. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka area CFD bukan lagi menjadi area yang bebas polusi, tetapi menjadi ajang masyarakat untuk menghasilkan polusi baru.

Demi kenyamanan bersama, sudah seharusnya pihak pemerintah menegur para pembuka lapak di sekitar area CFD untuk menyediakan tempat sampah atau plastik besar untuk menampung sampah-sampah mereka sendiri serta sampah pembelinya. Tak hanya itu, pemerintah juga seharusnya secara rutin mengingatkan para pengunjung agar membuang sampah pada tempatnya. Serta menyediakan tempat sampah lebih banyak lagi, karena jumlah tempat sampah yang disediakan di area CFD sangatlah tidak sebanding dengan jumlah pengunjung CFD.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 Comments:

Posting Komentar