MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI
DAMPAK TREND PACARAN PADA KALANGAN REMAJA MASA KINI
DITULIS OLEH: ATIKAH AYU TAQIYYAH
NIM: 071411531004
PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Dahulu,
pacaran merupakan suatu hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia. Tetapi dengan
semakin berkembangnya zaman dan semakin berkembangnya teknologi informasi, presepsi
tentang pacaran mulai berubah menjadi sebuah hal yang sangat lumrah bahkan
menjadi trend. Trend ini menjadi
semakin berkembang terlebih lagi dengan adanya dukungan dari media massa, baik
radio, surat kabar, tetapi media massa yang paling gencar menyebarkan hubungan
pacaran televisi. Ada banyak sekali tayangan di televisi yang bertemakan
pacaran, mulai dari sinetron, drama, maupun reality
show.
Dalam
setiap tayangan pasti memiliki sasaran pasar. Sasaran yang dituju oleh tim
media massa dalam penyebaran trend
pacaran adalah para remaja. Hal ini
dikarenakan remaja masih berada dalam proses transisi, dari masa kanak-kanak
menuju dewasa. Di masa ini mereka cenderung lebih banyak mengikuti hal-hal yang
menjadi trend, tanpa mempertimbangkan
secara matang mengenai resiko-resikonya, termasuk trend pacaran.
Demikian
trend pacaran dengan cepat dapat
menyebar ke sebagian besar remaja. Selain itu penulis pun menduga bahwa makna pacaran
telah bergeser di masa kini. Dari yang awalnya pacaran adalah sebuah proses
perkenalan lebih jauh antara dua umat manusia yang ingin melangsungkan
kehidupan yang lebih serius, yakni menuju jenjang pernikahan. Kini tujuan
pacaran malah berubah menjadi salah satu syarat bagi remaja agar dikatakan
sebagai remaja normal atau bahkan remaja eksis. Hal ini disebabkan karena
kondisi lingkungannya yang menganggap bahwa jika ada remaja yang tidak memiliki
pacar, ia adalah remaja yang tidak gaul dan tidak rupawan.
Tidak
akan menjadi masalah ketika remaja berpacaran digunakan untuk menuju jenjang
yang lebih serius dan tetap berperilaku positif. Akan tetapi yang menjadi
masalah adalah apabila remaja memilih berpacaran hanya untuk menunjukkan
eksistensi diri di hadapan teman-temannya. Apalagi jika mereka menggunakan
ikatan pacaran sebagai sarana penyalur hasrat dan fantasi seksual dirinya
dengan pasangan. Penulis menduga bahwa kesalahan pola pikir dan pemaknaan
pacaran inilah yang menjadikan banyak remaja menjadi seperti sekarang ini,
hamil di luar nikah, meningkatnya kasus pelecehan seksual, pemerkosaan,
pencabulan yang oknum pelakunya adalah kekasihnya sendiri, dan meningkatnya
jumlah remaja yang mengidap penyakit menular seksual. Pacaran tidak lagi
menjadi pengikat menuju hubungan yang lebih serius, tetapi berubah menjadi pacaran
yang tidak sehat yang malah mengarahkan kita pada jalan menuju zina dan
kesesatan.
1.2.Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
realitas pacaran remaja di masa kini?
2. Bagaimana
usaha kita sebagai remaja sekaligus bagian dari masyarakat untuk melindungi
diri dan generasi muda Indonesia dari pacaran yang tidak sehat?
1.3.Tujuan
Makalah ini dibuat
dengan tujuan:
1. Mengetahui
realitas pacaran remaja masa kini.
2. Mengetahui
usaha apa yang harus kita lakukan untuk menjaga diri dan generasi muda
Indonesia dari pacaran yang tidak sehat.
1.4.Manfaat
Manfaat
dari makalah ini adalah agar kita sebagai masyarakat Indonesia dapat lebih
paham kondisi konkrit kehidupan remaja masa kini, khususnya mengenai kondisi
mereka yang berhubungan dengan trend pacaran. Sehingga kita dapat melakukan
antisipasi untuk melindungi keluarga, teman, atau tetangga kita yang masih
remaja agar dapat lebih bijak dan selektif jika hendak memutuskan untuk berpacaran,
dan apabila ia memutuskan berpacaran, ia tetap bisa menjaga diri dari pacaran
yang tidak sehat. Apabila kita menerapkan edukasi ini, maka setidaknya kita
dapat membantu memperkecil resiko kehamilan diluar nikah dan tindak asusila
yang dilakukan sepasang kekasih di lingkungan sekitar kita.
1.5.Landasan
Teori
1.5.1.
Definisi
Pacaran
Menurut
DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua
orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling
mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan
bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan
menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan
selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis
(1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan
seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.
Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah
direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya
dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns
(1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang
berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini
didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing.
Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara
pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman
(2004), keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk
mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain menjadi
elemen utama dari keintiman. (Anonim, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23381/3/Chapter%20II.pdf,
diakses 13 Desember 2014).
1.5.2.
Jenis-Jenis
Pacaran
1.5.2.1.Pacaran Sehat
Pacaran sehat adalah pacaran yang memperhatikan
batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam
berpacaran menurut norma umum di masyarakat. Memang norma di masyarakat
bergerak dinamis, dan berubah dari waktu ke waktu. Namun setidaknya ada batasan
minimal tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. (Slamet, http://forum.detik.com/pacaran-sehat-apa-itu-pacaran-sehat-t369946.html, diakses 18 Desember 2014).
Faktor pacaran sehat menurut kementerian dan kebudayaan harus
memenuhi empat sehat, yaitu: sehat fisik, sehat emosional, sehat sosial dan
sehat seksual. Sehat fisik artinya tidak ada kekerasan fisik, dilarang saling
memukul, menampar dan menendang. Sehat emosional artinya hubungan harus
terjalin baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali
emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Sehat sosial artinya pacaran tidak
boleh mengikat, dimana hubungan social dengan orang lain harus tetap dijaga
agar tidak terasa asing di lingkungan sendiri. Dikatakan bahwa tidak baik jika
menghabiskan waktu seharian penuh dengan pacar. Sehat sosial artinya dalam
pacaran harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal yang beresiko, jangan
melakukan aktivitas sampai beresiko, apalagi melakukan hubungan seks (Hafizh, http://www.suara-islam.com/read/index/12382/-Pacaran-Sehat-Ala-Kemdikbud-,
diakses 18 Desember 2014).
Berikut
ini adalah cara pacaran yang sehat: (1) tentukan batasan-batasan anda berdua,
(2) selalu menjalin komunikasi, (3) kurangi kontak fisik, (4) bertukar pikiran
dan pendapat, (5) saling mendukung satu sama lain dalam hal-hal positif, (6)
jalin hubungan dengan keluarga sang pacar, (7) hindari pacaran di tempat
pribadi anda berdua, (8) pendidikan dan pemahaman tentang seks, (9) mendekatkan
diri pada Tuhan, (10) pikirkan masa depan (Anonim, http://www.top10indo.com/2013/06/10-cara-pacaran-yang-sehat.html,
diakses 18 Desember 2014).
1.5.2.2.Pacaran Tidak Sehat
Pacaran tidak sehat merupakan lawan dari pacaran sehat, yang
berarti pacaran tanpa memperhatikan batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan dalam berpacaran menurut norma umum di masyarakat,
mendekati zina, atau bahkan berzina.
Berikut ini adalah ciri-ciri pacaran tidak sehat,
diantaranya: (1) Pacaran cenderung tidak melalui tahap persahabatan, (2)
pacaran yang menyamakan cinta dengan hubungan fisik atau seks, (3) pacaran yang
mengisolasi pasangan dari hubungan penting lain, (4) pacaran yang mengalihkan
remaja dari tanggung jawab menata masa depan, (5) pacaran yang menyebabkan rasa
tidak puas ketika tidak memiliki pasangan, (6) pacaran menciptakan lingkungan
palsu tanpa benar-benar mengenal karakter dan sifat pasangan, (7) pacaran hanya
menjadi sebuah tujuan akhir, tidak menuju pada pernikahan, (Zuliliyan, http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacaran-tidak-sehat.html, diakses 18 Desember 2014).
Berikut
ini adalah tahapan pacaran tidak sehat: (1) perkenalan, (2) pendekatan, (3)
pacaran, (4) mulai mengumbar janji, (5) memegang tangan, (6) diawali dari
memeluk pundak, lalu memeluk erat, hingga terbiasa berpelukan, (7) berciuman,
diawali dari cium tangan, lalu cium kening, lalu pipi, lalu bibir, lalu leher, dan
ke beberapa bagian tubuh bagian atas lainnya, (8) mulai mengajak pacaran di
tempat yang sepi dan pribadi, (9) mulai meraba bagian tubuh pasangan, hingga
menjadi kebiasaan, (10) melakukan hubungan intim, lalu dilakukan berulang-ulang
hingga kecanduan. (Agus, http://aluviku.blogspot.com/2012/12/tahapan-pacaran.html, diakses 19 Desember 2014).
BAB II
METODE
PENELITIAN
Dalam
penelitian ini akan dipaparkan cara penelitian yang meliputi; pendekatan
penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
dan sistematika penulisan.
2.1.
Pendekatan
Penelitian
Penelitian
fenomena pacaran dan remaja masa kini mempergunakan dua jenis pendekatan, yakni
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian empiris di mana data adalah dalam bentuk
sesuatu yang dapat dihitung/ angka. Penelitian kuantitatif memerhatikan pada
pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik. Metode penelitian
kuantitatif memiliki ciri khas
berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena yang
diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantitatif menggunakan sisi
pandangannya untuk mempelajari subyek yang ia teliti.
“Pendekatan
kualitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”
(Moleong, 2000:3).
Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: “1.) latar alami sebagai sumber langsung data 2.) manusia sebagai alat
(instrumen) 3.) bersifat deskriptif 4.) analisis data secara induktif 5.)
menekankan makna sebagai perhatian utama” (Moleong, 2000:4).
2.2.
Objek
Penelitian
Objek penelitian kali
ini adalah fenomena pacaran yang terjadi di kalangan remaja masa kini.
2.3.
Teknik
Pengumpulan Data
2.3.1.
Data
Data yang didapatkan
penulis dalam penelitian kali ini adalah berupa aturan-aturan, definisi, jenis
pacaran, serta fenomena pacaran di kalangan remaja masa kini.
2.3.2.
Sumber
Data
Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dari internet, dan dari realitas remaja
masa kini.
2.3.3.
Teknik
Pengumpulan Data
Penulis telah melakukan sebuah survei terhadap 100 remaja
secara acak dari rentang usia 15-19 tahun, atau sekitar kelas 1 SMA hingga
kuliah. Survei disebarkan melalui internet selama kurang lebih 24 jam yakni
sejak tanggal 6 Desember pada pukul 05.00 WIB hingga 7 Desember pukul 05.00
WIB. Survei tersebut mencakup 10 pertanyaan, sebagai berikut:
1. Apa arti pacaran menurut anda?
Jelaskan!
2. Menurut anda, apa yang menyebabkan
pacaran menjadi fenomena yang begitu marak?
3. Pentingkah pacaran itu? Sebutkan
alasan
4. Apa fungsi pacaran menurut anda?
5. Apakah anda pernah berpacaran?
6. Berapa kali anda pernah berpacaran?
Sebutkan dalam angka
7. Apa alasan anda berpacaran dengan
pasangan anda?
8. Sampai pada tahap mana kontak fisik
yang pernah anda lakukan bersama pasangan anda?
9. Apa yang melatar belakangi anda
melakukan kontak fisik tersebut?
10. Bagaimana pandangan anda terhadap
teman yang belum pernah berpacaran?
2.4. Teknik Analisis Data
Penulis
melakukan survei dengan menyebarkan kuisioner pada remaja, yang kemudian data
tersebut diakumulasikan, dituliskan dalam prosentase dan dicocokkan dengan
data-data mengenai pacaran yang diperoleh penulis melalui internet.
2.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut: Bab I: pendahuluan, memuat antara lain latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat. 2.) Bab II: metode penelitian,
memuat antara lain pendekatan penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan
data, dan sistematika penulisan. 3.) Bab III: hasil dan pembahasan, bab ini
merupakan bab inti dari makalah ini, karena membahas tentang fenomena pacaran
dan remaja masa kini. 4.) Bab IV: kesimpulan dan saran, merupakan kesimpulan
akhir dari makalah ini dan saran dari penulis untuk seluruh pembaca. 5.) Bab V:
daftar pustaka, merupakan sumber-sumber data yang digunakan penulis dalam
makalah ini.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil Survei
Dari
survei yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan data sebagai berikut:
1.
Apa arti pacaran menurut anda?
Jelaskan!
a.
42% responden menjawab bahwa pacaran
hanya merupakan sebuah status antara 2 insan yang lebih dari sekedar teman.
b.
28% responden menjawab bahwa pacaran
merupakan sebuah proses menjalin hubungan antara 2 insan manusia yang memiliki
rasa lebih, mereka berniat untuk mengenal lebih mendalam, dan ingin menuju ke
jenjang yang lebih serius yakni pernikahan.
c.
25% responden menjawab fungsi pacaran.
d.
4% responden memilih untuk tidak mendefinisikan
pacaran.
e.
1% responden menjawab bahwa pacaran
bukanlah sesuatu yang penting, hanya kepalsuan semata.
2.
Menurut anda, apa yang menyebabkan
pacaran menjadi fenomena yang begitu marak?
a.
88% responden menjawab penyebab pacaran
menjadi fenomena yang begitu marak adalah karena arus globalisasi.
b.
12% responden menjawab penyebab pacaran
menjadi fenomena yang begitu marak adalah karena ingin menikah muda.
3.
Pentingkah pacaran itu?
a.
3% responden menjawab jika pacaran
merupakan hal yang sangat penting.
b.
27% responden menjawab jika pacaran
merupakan hal yang penting.
c.
56% responden menjawab jika pacaran
merupakan hal yang biasa saja.
d.
11% responden menjawab jika pacaran
merupakan hal yang tidak penting.
4. Apa
fungsi pacaran menurut anda?
a.
15% responden menjawab fungsi pacaran
adalah sebagai pembuktian tanda cinta.
b.
82% responden menjawab fungsi pacaran
adalah sebagai tahapan mengenal lebih dekat.
c.
5% responden menjawab fungsi pacaran
adalah untuk melampiaskan nafsu.
5.
Apakah anda pernah berpacaran?
a.
82% responden menjawab pernah
berpacaran.
b.
18% responden menjawab belum pernah
berpacaran
6.
Berapa kali anda pernah berpacaran?
a.
86,5% responden menjawab antara 1-5
kali.
b.
9,8% responden menjawab antara 5-10kali
c.
3,7% responden menjawab lebih dari
10kali
7.
Apa alasan anda berpacaran dengan
pasangan anda?
a.
39% responden menjawab karena cinta.
b.
53,7% responden menjawab untuk
memotivasi.
c.
4,8% responden menjawab untuk pamer.
d.
2,5% responden menjawab karena nafsu.
8.
Sampai pada tahap mana kontak fisik
yang pernah anda lakukan bersama pasangan anda?
a.
63,4% responden menjawab sampai tahap menggenggam
tangan.
b.
22% responden menjawab sampai tahap berciuman.
c.
5% responden menjawab sampai tahap meraba-raba bagian tubuh pasangan.
d.
1,2% responden menjawab sampai tahap berhubungan
intim.
e.
8,4% respoden memilih untuk tidak
menjawab.
9.
Apa yang melatar belakangi anda
melakukan kontak fisik tersebut?
a.
24,5% responden melakukan kontak fisik
tersebut karena ingin tahu.
b.
67% responden melakukan kontak fisik
tersebut karena wujud rasa sayang
c.
8,5% responden memilih untuk tidak
menjawab
10. Bagaimana
pandangan anda terhadap teman yang belum pernah berpacaran?
a.
15,8% responden menjawab mereka yang
belum pernah berpacaran adalah teman yang sangat alim.
b.
83% responden menjawab mereka yang belum
pernah berpacaran adalah teman yang teguh dalam memegang prinsip
c.
1,2% responden menjawab mereka yang
belum pernah berpacaran adalah teman yang tidak gaul.
2.2. Pembahasan Fenomena Pacaran dan
Remaja di Masa Kini
Dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas tentang
fenomena pacaran dan remaja di masa kini. Masa remaja adalah masa transisi dari
masa kanak-kanak menuju dewasa. Di masa ini mereka cenderung ingin mengetahui
lebih banyak hal, mencoba hal-hal baru, meniru sesuatu yang dianggap keren.
Mereka merasa sudah mulai dewasa, padahal pola pikirnya cenderung tidak berpikir
jangka panjang dan masih cenderung kekanak-kanakan.
Ketika pacaran sering muncul dalam tayangan televisi, mulai
dari sinetron, drama, reality show, hal
itu membuat remaja tertarik. Hasrat ingin mencoba pun tumbuh, dan akhirnya
mereka memutuskan untuk mencobanya. Kemudian mereka menceritakan pada
teman-temannya, melalui obrolan santai, sms, chat, atau banyak media lainnya. Lalu
teman-temannya pun ikut tertarik dan mencoba hal yang sama.
Pacaran yang ketika pada tahun 1970an menjadi tabu dan
dirahasiakan dari muka umum, kini malah dipertontonkan, dijadikan bahan
pembicaraan santai, bahkan diumumkan di akun media sosial, kemudian temannya
mengucapkan selamat, semoga langgeng, dan lain sebagainya. Karena semakin
banyak remaja yang meniru perilaku pacaran, maka pacaran pun semakin berkembang
hingga menjadi sebuah trend dan beberapa
orang menganggap pacaran seakan menjadi bagian wajib dari kehidupan remaja.
Dari
82 remaja yang pernah melakukan pacaran, hanya 10 remaja yang pacarannya 1 kali.
Sementara 72 remaja lainnya mengaku pernah berpacaran lebih dari 1 kali, bahkan
ada yang lebih dari 10 kali. Hal ini membuktikan bahwa pacaran telah memiliki
pergeseran makna di mata remaja, dari yang awalnya pacaran adalah proses
mengenal lebih dalam untuk menuju hubungan yang lebih serius, kemudian
mayoritas remaja menjadi beranggapan bahwa pacaran merupakan sebuah status
untuk menunjukkan bahwa 2 individu ini lebih dari sekedar teman biasa. Pacaran
bukan lagi menjadi sesuatu yang serius, tetapi bisa berganti-ganti, jika bosan
ganti.
Mengenai pacaran sehat dan tidak sehat, semua berawal dari niat
remaja tersebut memutuskan untuk berpacaran. Jika ingin serius untuk mengenal
lebih dalam lawan jenis dan berniat untuk menikah, atau untuk memotivasi, itu
merupakan tujuan yang positif. Tetapi bila niat awal memang sudah buruk, untuk
menyalurkan hasrat seksual, atau hanya sekedar untuk menunjukkan pada teman
jika dia adalah remaja eksis dan bisa memiliki pacar, maka awalan tersebut
adalah awalan yang sangat buruk untuk menjalin sebuah hubungan.
Setelah niatan, tahap selanjutnya yang perlu kita pastikan
adalah proses ketika menjalani hubungan tersebut. Jika selama menjalani
hubungan tetap memegang teguh komitmen, saling menjaga diri, menjaga
komunikasi, saling percaya, dan saling
memotivasi, maka hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai hubungan yang sehat.
Tetapi jika pasangan terlalu mengikat kita dalam berhubungan dengan lingkungan,
maka segeralah komunikasikan dengan pasangan agar kejadian itu tak terulang
kembali. Karena berpacaran seharusnya tidak membuat kita menjadi terasingkan
dari wilayah sekitar kita. Lalu apabila terjadi kekerasan fisik, mental, dan
terjadi pelecehan seksual, walau hanya sekali saja, sebaiknya segera hentikan
hubungan tersebut. Karena dengan munculnya salah satu dari tiga indikasi
tersebut menunjukkan pada kita bahwa pasangan kita memang benar-benar tidak
lagi berniat untuk melindungi kita, tetapi justru akan membawa kita pada
hubungan yang tidak sehat.
Lalu untuk tahapan kontak fisik yang pernah dilakukan remaja,
hal ini masih dapat dikatakan wajar apabila mereka pernah menggenggam tangan kekasihnya,
sesekali saja. Tapi akan mulai menjadi tidak wajar ketika mereka sudah mulai
memeluk, karena apabila mereka telah berpelukan, maka secara alamiah akan
muncul keinginan untuk melakukannya lagi dan melakukannya terus menerus, hingga
remaja tersebut akan mulai kecanduan dan ingin mengembangkan menuju yang lebih
dari sekedar pelukan. Lama kelamaan remaja ingin mulai merasakan rasanya
ciuman, lalu mencobanya lagi dan lagi hingga menjadi kebiasaan. Lalu kebiasaan
itu berkembang dan mulai meraba bagian tubuh pasangan, bila tidak ada penolakan
dari pasangan, maka proses tersebut akan terus berlangsung hingga menjadi
kebiasaan yang kemungkinan besar akan dilakukan di tempat-tempat yang sepi,
maupun di tempat pribadi mereka, seperti kamar, atau rumah ketika dalam keadaan
kosong.
Lama kelamaan tahapan kontak fisik ini akan terus berkembang
hingga melakukan hubungan intim, lalu dilakukan berulang-ulang hingga
kecanduan. Apabila pasangan sudah terbiasa melakukan hubungan intim, maka
peluang terjadinya penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah
akan semakin besar, dan sangat sulit untuk terhindarkan.
BAB
IV
PENUTUP
2.3. Simpulan
Dengan
kemajuan teknologi, trend pacaran kian
menjadi-jadi. Dengan berbagai alasan, para remaja memilih untuk berpacaran.
Proses pacaran merekapun beraneka ragam, ada yang tetap di batasan yang
seharusnya, ada juga yang melewati batas. Akan tetapi semakin lama semakin
banyak remaja Indonesia yang gaya pacarannya tidak sehat, sehingga angka
kehamilan diluar nikah, pemerkosaan yang dilakukan oleh pacar, dan remaja penderita penyakit menular seksual
semakin meningkat.
2.4. Saran
2.4.1. Kuatkan
iman, perdalam pengetahuan agama, dan terapkan nilai-nilai agama dalam
kehidupan kita sehari-hari. Hal ini sangat ampuh untuk menjadi benteng pelindung
agar kita terminimalisir dari kesesatan dan godaan-godaan setan yang terkutuk.
2.4.2. Sebagai
remaja hendaklah kita membiasakan diri untuk berpikir ke depan. Berpikir
sebelum bertindak, jangan ikut-ikutan, dan jangan hanya memikirkan kenikmatan
sesaat saja.
2.4.3. Sebelum
memutuskan untuk berpacaran, coba pikirkan lebih matang lagi apakah alasan anda
untuk berpacaran sudah kuat memang untuk tujuan yang positif atau hanya untuk
sekedar main-main saja. Jika sekedar main-main atau berniatan buruk, lebih baik
urungkanlah niat anda. Jika sudah dirasa kuat, coba pikirkan sekali lagi. Jika
memang benar-benar sudah mantap, dan siap dengan segala konsekuensi,
lanjutkanlah.
2.4.4. Buat
komitmen dan batasan-batasan sejak awal hubungan kalian dan buat sanksi bila
melanggar komitmen tersebut. Guna dari komitmen dan batasan ini adalah untuk
melindungi kedua belah pihak dari perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan.
2.4.5. Lakukanlah aktivitas bersama pasangan di tempat-tempat yang
ramai, atau minimal ada orang ketiga yang berfungsi sebagai pemantau agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bila perlu, sertakan orang tua atau
anggota keluarga dalam setiap aktivitas kalian berdua.
2.4.6. Urungkan niat untuk berbuat hal yang negatif dan tolaklah
keinginan pasangan untuk melakukan kontak fisik yang lebih dari sekedar
berpegang tangan. Terlepas dari apapun latar belakang pasangan kita melakukan
kontak fisik tersebut, perbuatan itu memuktikan jika pasangan kita telah
tergoda dengan rayuan setan dan justru akan membawa kita ke arah yang negatif.
2.4.7. Bila anda sudah terlanjur pernah melakukan
perbuatan-perbuatan negatif tersebut dengan kekasih anda segeralah hentikan,
dan arahkan hubungan pacaran kalian ke arah yang positif.
2.4.8. Bila kekasih tidak ingin menghentikan perbuatan itu,
segeralah tinggalkan. Karena itu artinya ia bukanlah pasangan yang baik untuk
anda. Jika memang ia adalah pasangan yang baik, ia tentu akan melindungi anda
dan menjaga anda, bukan malah menjerumuskan anda.
DAFTAR
PUSTAKA
Hafizh, Ummu. Pacaran Sehat Ala Kemendikbud. (http://www.suara-islam.com/read/index/12382/-Pacaran-Sehat-Ala-Kemdikbud-
, diakses pada tanggal 18 Desember 2014)