sahabat kecil ({})

Surabaya, 20 Februari 2015

Dear readers,
Udah lama banget banget bangettt nggak nulis lagi. Gatau kenapa sekarang jadi susah, mager banget buat nulis. Niatnya nulis, tapi pas buka laptop, srett langsung yang dibuka yahoo, youtube, pinterest, sadar-sadar udah malem, atau tau-tau ketiduran sampe pagi. Ohh dasarr -_____-

Nah sekarang aku mau ceritain tentang aku sama sahabat kecilku.
Namanya Athiyyah Rahma Nur Handayani, biasa dipanggil Athiyyah.
Kami satu SD, di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya. 
Aku? Anak yang kuper, cuma berteman sama sedikit anak, itupun dari anak kelasku aja, sama anak yang satu antar jemput sama aku.
Lalu Athiyyah? Anak yang hobi banget cerita, ngomong, kenalan, suka umek begitu.

Nah,ceritanya, kami bertemu waktu kelas 3 SD. Karena? Ya karena aku sama dia satu kelas, kelas 3C, wali kelas kami bu Sulis hihi masih inget deh. Yak, bu Sulis selalu mengajarkan untuk berteman, terus aku kenalan sama Athiyyah, sering main bareng, sama anak-anak cowok juga. Main kejar-kejaran, makan bareng, gitu lah. Tapi dulu belum terlalu dekat.
Sampe suatu hari aku jalan ke Plasa Marina, satu mal yang deket banget sama rumahku. Disana aku lihat ada diary pakai kunci yang kayak brankas gitu. Gambarnya beruang, aku sukaaa banget. Kalau nggak salah sih jaman segitu harganya Rp 5.000,-. Aku naksir sama 2 model, aku bingung mau pilih yang mana, akhirnya aku ambil dua-duanya hiehieheie. Setelah sampai rumah, aku memutuskan untuk pilih satu, dan aku janji dalam hati, satunya bakal tak kasih ke temenku yang mirip ini.
Keesokan harinya, aku ke sekolah dengan sangat bahagia. Biasalaah, anak SD kalo punya barang baru pasti bakal dibawa ke sekolah dengan wajah sumringah gitu kan yaa. :D
Terus aku bingung mau kasih ke siapa, nah tiba-tiba aja aku kepikiran sama si anak satu ini. Anak ini lucu, baik, ndut, lucu pol kayak cover diary hihihi. Akhirnya aku cari-cari dia deh, eh kita ketemuan di tangga. Yak, di tangga lantai 2 mau ke lantai 3 itulah aku ngasih dia diary gambar beruang itu. Dia seneng banget waktu nerima diary dari aku. Loncat-loncat, sambil bilang makasih, lucu banget, berulang-ulang. Aku bilang, "Diisi ya yah..." dengan ekspresi bahagia. Sejak saat itulah aku sama Athiyyah jadi makin deket, makin deket, dan makin deket setiap harinya.

Kami punya beberapa kesamaan. Nama kami hampir sama, Atikah, sama Athiyyah, sampai-sampai guru, teman, sering ketukar kalo manggil kita, dan orang administrasi juga sering keliru menyebutkan nama. Kami dulu anak yang lumayan pinter, ada di kelas unggulan. Terus sama-sama suka menceritakan diri sendiri, lebih tepatnya, saling nggak mau kalah kalo udah membicarakan tentang diri sendiri ahahhhahaa. Kami suka bahasa indonesia, suka menulis, puisi, pada saat itu. Tapi, bedanya bahasa puisiku lebih sederhana, dan bahasanya? Sudah keren untuk seukuran anak kelas 3 SD, tatanannya sudah teratur, ada majas-majasnya, dan setiap dia baca puisi, selalu bagus. Bikin yang denger ikut terbawa masuk ke dalam puisi yang dia bacakan, itu yang selalu bikin aku nggak kuat. Tapi alhamdulillaah, aku sama Athiyyah punya kesempatan membacakan puisi waktu kelas 3 atau 4 SD, di depan teman-teman, beberapa kelas. Aku lupa pastinya, tapi temanya tentang korupsi.
Waktu kelas 6 SD kami sekelas lagi, di kelas 6D. Wali kelas kami namanya Pak Dudi, kami suka jail sama pak Dudi. Tiap pak Dudi lewat, kami pasti nyanyi dudi dudi dam dam dudi dudi dam dudi dudi dam dam dudi dudi dam begitu seterusnya, sampai kita capek sendiri nyanyinya. Pak Dudi juga sering bilang, "Arek iki maneh rek. Situke cilik sak kutil senengane mlaku bareng ambek arek guede sak ngene ckckckck." (Anak-anak ini lagiii. Satunya kuecil, senangnya jalan bareng sama anak segini besarnya.)

masuk SMP, kita sama-sama punya tujuan masuk SMP Negeri 1 Surabaya, tapi kita terpisah. Aku masuk SMP Negeri 6, dan dia masuk SMP Negeri 9. Aku masuk SMA Negeri 16 dan dia masuk SMA Negeri 2. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

TULUS - Baru (Official Music Video)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Makalah Pengantar Sosiologi "DAMPAK TREND PACARAN PADA KALANGAN REMAJA MASA KINI"

MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI
DAMPAK TREND PACARAN PADA KALANGAN REMAJA MASA KINI
DITULIS OLEH: ATIKAH AYU TAQIYYAH
NIM: 071411531004
PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dahulu, pacaran merupakan suatu hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia. Tetapi dengan semakin berkembangnya zaman dan semakin berkembangnya teknologi informasi, presepsi tentang pacaran mulai berubah menjadi sebuah hal yang sangat lumrah bahkan menjadi trend. Trend ini menjadi semakin berkembang terlebih lagi dengan adanya dukungan dari media massa, baik radio, surat kabar, tetapi media massa yang paling gencar menyebarkan hubungan pacaran televisi. Ada banyak sekali tayangan di televisi yang bertemakan pacaran, mulai dari sinetron, drama, maupun reality show.
Dalam setiap tayangan pasti memiliki sasaran pasar. Sasaran yang dituju oleh tim media massa dalam penyebaran trend pacaran adalah  para remaja. Hal ini dikarenakan remaja masih berada dalam proses transisi, dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Di masa ini mereka cenderung lebih banyak mengikuti hal-hal yang menjadi trend, tanpa mempertimbangkan secara matang mengenai resiko-resikonya, termasuk trend pacaran.
Demikian trend pacaran dengan cepat dapat menyebar ke sebagian besar remaja. Selain itu penulis pun menduga bahwa makna pacaran telah bergeser di masa kini. Dari yang awalnya pacaran adalah sebuah proses perkenalan lebih jauh antara dua umat manusia yang ingin melangsungkan kehidupan yang lebih serius, yakni menuju jenjang pernikahan. Kini tujuan pacaran malah berubah menjadi salah satu syarat bagi remaja agar dikatakan sebagai remaja normal atau bahkan remaja eksis. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungannya yang menganggap bahwa jika ada remaja yang tidak memiliki pacar, ia adalah remaja yang tidak gaul dan tidak rupawan.
Tidak akan menjadi masalah ketika remaja berpacaran digunakan untuk menuju jenjang yang lebih serius dan tetap berperilaku positif. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah apabila remaja memilih berpacaran hanya untuk menunjukkan eksistensi diri di hadapan teman-temannya. Apalagi jika mereka menggunakan ikatan pacaran sebagai sarana penyalur hasrat dan fantasi seksual dirinya dengan pasangan. Penulis menduga bahwa kesalahan pola pikir dan pemaknaan pacaran inilah yang menjadikan banyak remaja menjadi seperti sekarang ini, hamil di luar nikah, meningkatnya kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, pencabulan yang oknum pelakunya adalah kekasihnya sendiri, dan meningkatnya jumlah remaja yang mengidap penyakit menular seksual. Pacaran tidak lagi menjadi pengikat menuju hubungan yang lebih serius, tetapi berubah menjadi pacaran yang tidak sehat yang malah mengarahkan kita pada jalan menuju zina dan kesesatan.


1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana realitas pacaran remaja di masa kini?
2.      Bagaimana usaha kita sebagai remaja sekaligus bagian dari masyarakat untuk melindungi diri dan generasi muda Indonesia dari pacaran yang tidak sehat?

1.3.Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1.      Mengetahui realitas pacaran remaja masa kini.
2.      Mengetahui usaha apa yang harus kita lakukan untuk menjaga diri dan generasi muda Indonesia dari pacaran yang tidak sehat.

1.4.Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah agar kita sebagai masyarakat Indonesia dapat lebih paham kondisi konkrit kehidupan remaja masa kini, khususnya mengenai kondisi mereka yang berhubungan dengan trend pacaran. Sehingga kita dapat melakukan antisipasi untuk melindungi keluarga, teman, atau tetangga kita yang masih remaja agar dapat lebih bijak dan selektif jika hendak memutuskan untuk berpacaran, dan apabila ia memutuskan berpacaran, ia tetap bisa menjaga diri dari pacaran yang tidak sehat. Apabila kita menerapkan edukasi ini, maka setidaknya kita dapat membantu memperkecil resiko kehamilan diluar nikah dan tindak asusila yang dilakukan sepasang kekasih di lingkungan sekitar kita.

1.5.Landasan Teori
1.5.1.      Definisi Pacaran
Menurut DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain menjadi elemen utama dari keintiman. (Anonim, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23381/3/Chapter%20II.pdf, diakses 13 Desember 2014).
1.5.2.      Jenis-Jenis Pacaran
1.5.2.1.Pacaran Sehat
Pacaran sehat adalah pacaran yang memperhatikan batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berpacaran menurut norma umum di masyarakat. Memang norma di masyarakat bergerak dinamis, dan berubah dari waktu ke waktu. Namun setidaknya ada batasan minimal tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. (Slamet, http://forum.detik.com/pacaran-sehat-apa-itu-pacaran-sehat-t369946.html, diakses 18 Desember 2014).
Faktor pacaran sehat menurut kementerian dan kebudayaan harus memenuhi empat sehat, yaitu: sehat fisik, sehat emosional, sehat sosial dan sehat seksual. Sehat fisik artinya tidak ada kekerasan fisik, dilarang saling memukul, menampar dan menendang. Sehat emosional artinya hubungan harus terjalin baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Sehat sosial artinya pacaran tidak boleh mengikat, dimana hubungan social dengan orang lain harus tetap dijaga agar tidak terasa asing di lingkungan sendiri. Dikatakan bahwa tidak baik jika menghabiskan waktu seharian penuh dengan pacar. Sehat sosial artinya dalam pacaran harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal yang beresiko, jangan melakukan aktivitas sampai beresiko, apalagi melakukan hubungan seks (Hafizh, http://www.suara-islam.com/read/index/12382/-Pacaran-Sehat-Ala-Kemdikbud-, diakses 18 Desember 2014).
Berikut ini adalah cara pacaran yang sehat: (1) tentukan batasan-batasan anda berdua, (2) selalu menjalin komunikasi, (3) kurangi kontak fisik, (4) bertukar pikiran dan pendapat, (5) saling mendukung satu sama lain dalam hal-hal positif, (6) jalin hubungan dengan keluarga sang pacar, (7) hindari pacaran di tempat pribadi anda berdua, (8) pendidikan dan pemahaman tentang seks, (9) mendekatkan diri pada Tuhan, (10) pikirkan masa depan (Anonim, http://www.top10indo.com/2013/06/10-cara-pacaran-yang-sehat.html, diakses 18 Desember 2014).

1.5.2.2.Pacaran Tidak Sehat
Pacaran tidak sehat merupakan lawan dari pacaran sehat, yang berarti pacaran tanpa memperhatikan batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berpacaran menurut norma umum di masyarakat, mendekati zina, atau bahkan berzina.
Berikut ini adalah ciri-ciri pacaran tidak sehat, diantaranya: (1) Pacaran cenderung tidak melalui tahap persahabatan, (2) pacaran yang menyamakan cinta dengan hubungan fisik atau seks, (3) pacaran yang mengisolasi pasangan dari hubungan penting lain, (4) pacaran yang mengalihkan remaja dari tanggung jawab menata masa depan, (5) pacaran yang menyebabkan rasa tidak puas ketika tidak memiliki pasangan, (6) pacaran menciptakan lingkungan palsu tanpa benar-benar mengenal karakter dan sifat pasangan, (7) pacaran hanya menjadi sebuah tujuan akhir, tidak menuju pada pernikahan, (Zuliliyan, http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacaran-tidak-sehat.html, diakses 18 Desember 2014).
Berikut ini adalah tahapan pacaran tidak sehat: (1) perkenalan, (2) pendekatan, (3) pacaran, (4) mulai mengumbar janji, (5) memegang tangan, (6) diawali dari memeluk pundak, lalu memeluk erat, hingga terbiasa berpelukan, (7) berciuman, diawali dari cium tangan, lalu cium kening, lalu pipi, lalu bibir, lalu leher, dan ke beberapa bagian tubuh bagian atas lainnya, (8) mulai mengajak pacaran di tempat yang sepi dan pribadi, (9) mulai meraba bagian tubuh pasangan, hingga menjadi kebiasaan, (10) melakukan hubungan intim, lalu dilakukan berulang-ulang hingga kecanduan. (Agus, http://aluviku.blogspot.com/2012/12/tahapan-pacaran.html, diakses 19 Desember 2014).



BAB II
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini akan dipaparkan cara penelitian yang meliputi; pendekatan penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika penulisan.
2.1.   Pendekatan Penelitian
Penelitian fenomena pacaran dan remaja masa kini mempergunakan dua jenis pendekatan, yakni pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian empiris di mana data adalah dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/ angka. Penelitian kuantitatif memerhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik. Metode penelitian kuantitatif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantitatif menggunakan sisi pandangannya untuk mempelajari subyek yang ia teliti.
“Pendekatan kualitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” (Moleong, 2000:3). Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: “1.) latar alami sebagai sumber langsung data 2.) manusia sebagai alat (instrumen) 3.) bersifat deskriptif 4.) analisis data secara induktif 5.) menekankan makna sebagai perhatian utama” (Moleong, 2000:4).

2.2.   Objek Penelitian
Objek penelitian kali ini adalah fenomena pacaran yang terjadi di kalangan remaja masa kini.

2.3.   Teknik Pengumpulan Data
2.3.1.      Data
Data yang didapatkan penulis dalam penelitian kali ini adalah berupa aturan-aturan, definisi, jenis pacaran, serta fenomena pacaran di kalangan remaja masa kini.
2.3.2.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari internet, dan dari realitas remaja masa kini.
2.3.3.      Teknik Pengumpulan Data
      Penulis telah melakukan sebuah survei terhadap 100 remaja secara acak dari rentang usia 15-19 tahun, atau sekitar kelas 1 SMA hingga kuliah. Survei disebarkan melalui internet selama kurang lebih 24 jam yakni sejak tanggal 6 Desember pada pukul 05.00 WIB hingga 7 Desember pukul 05.00 WIB. Survei tersebut mencakup 10 pertanyaan, sebagai berikut:
1.      Apa arti pacaran menurut anda? Jelaskan!
2.      Menurut anda, apa yang menyebabkan pacaran menjadi fenomena yang begitu marak?
3.      Pentingkah pacaran itu? Sebutkan alasan
4.      Apa fungsi pacaran menurut anda?
5.      Apakah anda pernah berpacaran?
6.      Berapa kali anda pernah berpacaran? Sebutkan dalam angka
7.      Apa alasan anda berpacaran dengan pasangan anda?
8.      Sampai pada tahap mana kontak fisik yang pernah anda lakukan bersama pasangan anda?
9.      Apa yang melatar belakangi anda melakukan kontak fisik tersebut?
10.  Bagaimana pandangan anda terhadap teman yang belum pernah berpacaran?

2.4.  Teknik Analisis Data
Penulis melakukan survei dengan menyebarkan kuisioner pada remaja, yang kemudian data tersebut diakumulasikan, dituliskan dalam prosentase dan dicocokkan dengan data-data mengenai pacaran yang diperoleh penulis melalui internet.

2.5.  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Bab I: pendahuluan, memuat antara lain latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat. 2.) Bab II: metode penelitian, memuat antara lain pendekatan penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan. 3.) Bab III: hasil dan pembahasan, bab ini merupakan bab inti dari makalah ini, karena membahas tentang fenomena pacaran dan remaja masa kini. 4.) Bab IV: kesimpulan dan saran, merupakan kesimpulan akhir dari makalah ini dan saran dari penulis untuk seluruh pembaca. 5.) Bab V: daftar pustaka, merupakan sumber-sumber data yang digunakan penulis dalam makalah ini.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1.  Hasil Survei
Dari survei yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan data sebagai berikut:
1.      Apa arti pacaran menurut anda? Jelaskan!
a.       42% responden menjawab bahwa pacaran hanya merupakan sebuah status antara 2 insan yang lebih dari sekedar teman.
b.      28% responden menjawab bahwa pacaran merupakan sebuah proses menjalin hubungan antara 2 insan manusia yang memiliki rasa lebih, mereka berniat untuk mengenal lebih mendalam, dan ingin menuju ke jenjang yang lebih serius yakni pernikahan.
c.       25% responden menjawab fungsi pacaran.
d.      4% responden memilih untuk tidak mendefinisikan pacaran.
e.       1% responden menjawab bahwa pacaran bukanlah sesuatu yang penting, hanya kepalsuan semata.
2.      Menurut anda, apa yang menyebabkan pacaran menjadi fenomena yang begitu marak?
a.       88% responden menjawab penyebab pacaran menjadi fenomena yang begitu marak adalah karena arus globalisasi.
b.      12% responden menjawab penyebab pacaran menjadi fenomena yang begitu marak adalah karena ingin menikah muda.
3.      Pentingkah pacaran itu?
a.       3% responden menjawab jika pacaran merupakan hal yang sangat penting.
b.      27% responden menjawab jika pacaran merupakan hal yang penting.
c.       56% responden menjawab jika pacaran merupakan hal yang biasa saja.
d.      11% responden menjawab jika pacaran merupakan hal yang tidak penting.
4.      Apa fungsi pacaran menurut anda?
a.       15% responden menjawab fungsi pacaran adalah sebagai pembuktian tanda cinta.
b.      82% responden menjawab fungsi pacaran adalah sebagai tahapan mengenal lebih dekat.
c.       5% responden menjawab fungsi pacaran adalah untuk melampiaskan nafsu.
5.      Apakah anda pernah berpacaran?
a.       82% responden menjawab pernah berpacaran.
b.      18% responden menjawab belum pernah berpacaran
6.      Berapa kali anda pernah berpacaran?
a.       86,5% responden menjawab antara 1-5 kali.
b.      9,8% responden menjawab antara 5-10kali
c.       3,7% responden menjawab lebih dari 10kali
7.      Apa alasan anda berpacaran dengan pasangan anda?
a.       39% responden menjawab karena cinta.
b.      53,7% responden menjawab untuk memotivasi.
c.       4,8% responden menjawab untuk pamer.
d.      2,5% responden menjawab karena nafsu.
8.      Sampai pada tahap mana kontak fisik yang pernah anda lakukan bersama pasangan anda?
a.       63,4% responden menjawab sampai tahap menggenggam tangan.
b.      22% responden menjawab sampai tahap berciuman.
c.       5% responden menjawab sampai tahap meraba-raba bagian tubuh pasangan.
d.      1,2% responden menjawab sampai tahap berhubungan intim.
e.       8,4% respoden memilih untuk tidak menjawab.
9.      Apa yang melatar belakangi anda melakukan kontak fisik tersebut?
a.       24,5% responden melakukan kontak fisik tersebut karena ingin tahu.
b.      67% responden melakukan kontak fisik tersebut karena wujud  rasa sayang
c.       8,5% responden memilih untuk tidak menjawab
10.  Bagaimana pandangan anda terhadap teman yang belum pernah berpacaran?
a.       15,8% responden menjawab mereka yang belum pernah berpacaran adalah teman yang sangat alim.
b.      83% responden menjawab mereka yang belum pernah berpacaran adalah teman yang teguh dalam memegang prinsip
c.       1,2% responden menjawab mereka yang belum pernah berpacaran adalah teman yang tidak gaul.

2.2.  Pembahasan Fenomena Pacaran dan Remaja di Masa Kini
      Dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas tentang fenomena pacaran dan remaja di masa kini. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Di masa ini mereka cenderung ingin mengetahui lebih banyak hal, mencoba hal-hal baru, meniru sesuatu yang dianggap keren. Mereka merasa sudah mulai dewasa, padahal pola pikirnya cenderung tidak berpikir jangka panjang dan masih cenderung kekanak-kanakan.
      Ketika pacaran sering muncul dalam tayangan televisi, mulai dari sinetron, drama, reality show, hal itu membuat remaja tertarik. Hasrat ingin mencoba pun tumbuh, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencobanya. Kemudian mereka menceritakan pada teman-temannya, melalui obrolan santai, sms, chat, atau banyak media lainnya. Lalu teman-temannya pun ikut tertarik dan mencoba hal yang sama.
      Pacaran yang ketika pada tahun 1970an menjadi tabu dan dirahasiakan dari muka umum, kini malah dipertontonkan, dijadikan bahan pembicaraan santai, bahkan diumumkan di akun media sosial, kemudian temannya mengucapkan selamat, semoga langgeng, dan lain sebagainya. Karena semakin banyak remaja yang meniru perilaku pacaran, maka pacaran pun semakin berkembang hingga menjadi sebuah trend dan beberapa orang menganggap pacaran seakan menjadi bagian wajib dari kehidupan remaja.
Dari 82 remaja yang pernah melakukan pacaran, hanya 10 remaja yang pacarannya 1 kali. Sementara 72 remaja lainnya mengaku pernah berpacaran lebih dari 1 kali, bahkan ada yang lebih dari 10 kali. Hal ini membuktikan bahwa pacaran telah memiliki pergeseran makna di mata remaja, dari yang awalnya pacaran adalah proses mengenal lebih dalam untuk menuju hubungan yang lebih serius, kemudian mayoritas remaja menjadi beranggapan bahwa pacaran merupakan sebuah status untuk menunjukkan bahwa 2 individu ini lebih dari sekedar teman biasa. Pacaran bukan lagi menjadi sesuatu yang serius, tetapi bisa berganti-ganti, jika bosan ganti.
Mengenai pacaran sehat dan tidak sehat, semua berawal dari niat remaja tersebut memutuskan untuk berpacaran. Jika ingin serius untuk mengenal lebih dalam lawan jenis dan berniat untuk menikah, atau untuk memotivasi, itu merupakan tujuan yang positif. Tetapi bila niat awal memang sudah buruk, untuk menyalurkan hasrat seksual, atau hanya sekedar untuk menunjukkan pada teman jika dia adalah remaja eksis dan bisa memiliki pacar, maka awalan tersebut adalah awalan yang sangat buruk untuk menjalin sebuah hubungan.
Setelah niatan, tahap selanjutnya yang perlu kita pastikan adalah proses ketika menjalani hubungan tersebut. Jika selama menjalani hubungan tetap memegang teguh komitmen, saling menjaga diri, menjaga komunikasi, saling percaya, dan  saling memotivasi, maka hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai hubungan yang sehat. Tetapi jika pasangan terlalu mengikat kita dalam berhubungan dengan lingkungan, maka segeralah komunikasikan dengan pasangan agar kejadian itu tak terulang kembali. Karena berpacaran seharusnya tidak membuat kita menjadi terasingkan dari wilayah sekitar kita. Lalu apabila terjadi kekerasan fisik, mental, dan terjadi pelecehan seksual, walau hanya sekali saja, sebaiknya segera hentikan hubungan tersebut. Karena dengan munculnya salah satu dari tiga indikasi tersebut menunjukkan pada kita bahwa pasangan kita memang benar-benar tidak lagi berniat untuk melindungi kita, tetapi justru akan membawa kita pada hubungan yang tidak sehat.
Lalu untuk tahapan kontak fisik yang pernah dilakukan remaja, hal ini masih dapat dikatakan wajar apabila mereka pernah menggenggam tangan kekasihnya, sesekali saja. Tapi akan mulai menjadi tidak wajar ketika mereka sudah mulai memeluk, karena apabila mereka telah berpelukan, maka secara alamiah akan muncul keinginan untuk melakukannya lagi dan melakukannya terus menerus, hingga remaja tersebut akan mulai kecanduan dan ingin mengembangkan menuju yang lebih dari sekedar pelukan. Lama kelamaan remaja ingin mulai merasakan rasanya ciuman, lalu mencobanya lagi dan lagi hingga menjadi kebiasaan. Lalu kebiasaan itu berkembang dan mulai meraba bagian tubuh pasangan, bila tidak ada penolakan dari pasangan, maka proses tersebut akan terus berlangsung hingga menjadi kebiasaan yang kemungkinan besar akan dilakukan di tempat-tempat yang sepi, maupun di tempat pribadi mereka, seperti kamar, atau rumah ketika dalam keadaan kosong.
Lama kelamaan tahapan kontak fisik ini akan terus berkembang hingga melakukan hubungan intim, lalu dilakukan berulang-ulang hingga kecanduan. Apabila pasangan sudah terbiasa melakukan hubungan intim, maka peluang terjadinya penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah akan semakin besar, dan sangat sulit untuk terhindarkan.





BAB IV
PENUTUP

2.3.  Simpulan
Dengan kemajuan teknologi, trend pacaran kian menjadi-jadi. Dengan berbagai alasan, para remaja memilih untuk berpacaran. Proses pacaran merekapun beraneka ragam, ada yang tetap di batasan yang seharusnya, ada juga yang melewati batas. Akan tetapi semakin lama semakin banyak remaja Indonesia yang gaya pacarannya tidak sehat, sehingga angka kehamilan diluar nikah, pemerkosaan yang dilakukan oleh pacar, dan  remaja penderita penyakit menular seksual semakin meningkat.

2.4.  Saran
2.4.1.      Kuatkan iman, perdalam pengetahuan agama, dan terapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini sangat ampuh untuk menjadi benteng pelindung agar kita terminimalisir dari kesesatan dan godaan-godaan setan yang terkutuk.
2.4.2.      Sebagai remaja hendaklah kita membiasakan diri untuk berpikir ke depan. Berpikir sebelum bertindak, jangan ikut-ikutan, dan jangan hanya memikirkan kenikmatan sesaat saja.
2.4.3.      Sebelum memutuskan untuk berpacaran, coba pikirkan lebih matang lagi apakah alasan anda untuk berpacaran sudah kuat memang untuk tujuan yang positif atau hanya untuk sekedar main-main saja. Jika sekedar main-main atau berniatan buruk, lebih baik urungkanlah niat anda. Jika sudah dirasa kuat, coba pikirkan sekali lagi. Jika memang benar-benar sudah mantap, dan siap dengan segala konsekuensi, lanjutkanlah.
2.4.4.      Buat komitmen dan batasan-batasan sejak awal hubungan kalian dan buat sanksi bila melanggar komitmen tersebut. Guna dari komitmen dan batasan ini adalah untuk melindungi kedua belah pihak dari perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan.
2.4.5.      Lakukanlah aktivitas bersama pasangan di tempat-tempat yang ramai, atau minimal ada orang ketiga yang berfungsi sebagai pemantau agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bila perlu, sertakan orang tua atau anggota keluarga dalam setiap aktivitas kalian berdua.
2.4.6.      Urungkan niat untuk berbuat hal yang negatif dan tolaklah keinginan pasangan untuk melakukan kontak fisik yang lebih dari sekedar berpegang tangan. Terlepas dari apapun latar belakang pasangan kita melakukan kontak fisik tersebut, perbuatan itu memuktikan jika pasangan kita telah tergoda dengan rayuan setan dan justru akan membawa kita ke arah yang negatif.
2.4.7.      Bila anda sudah terlanjur pernah melakukan perbuatan-perbuatan negatif tersebut dengan kekasih anda segeralah hentikan, dan arahkan hubungan pacaran kalian ke arah yang positif.
2.4.8.      Bila kekasih tidak ingin menghentikan perbuatan itu, segeralah tinggalkan. Karena itu artinya ia bukanlah pasangan yang baik untuk anda. Jika memang ia adalah pasangan yang baik, ia tentu akan melindungi anda dan menjaga anda, bukan malah menjerumuskan anda.



DAFTAR PUSTAKA

Bremana, Mbajeng. Pacaran dalam Konteks Sosiologi Antropologi. Selasa, 24 Januari 2014 (http://mbremana.blogspot.com/2012/01/pacaran-dalam-konteks-sosiologi.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2014)
Arifatmi, Leni. Karya Ilmiah Sosiologi (http://leniarifatmii.blogspot.com/2013/05/karya-ilmiah-sosiologi.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2014)
Widiastuti, Putri. Penelitian Pacaran. (http://sangwidy.wordpress.com/web-design/penelitian/penelitian-pacaran/, diakses pada tanggal 3 Desember 2014)
Wanci, Ervianto. Makalah Psikologi Sosial Remaja dan Pacaran. (http://psiervianto.blogspot.com/2013/01/makalah-psikologi-sosial-remaja-dan.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2014)
Wikipedia. Pacaran. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran, diakses pada tanggal 12 Desember 2014)
Anonim. Definisi Pacaran. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23381/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal 13 Desember 2014)
Slamet. Apa itu Pacaran Sehat? (http://forum.detik.com/pacaran-sehat-apa-itu-pacaran-sehat-t369946.html­, diakses pada tanggal 18 Desember 2014)
Hafizh, Ummu. Pacaran Sehat Ala Kemendikbud. (http://www.suara-islam.com/read/index/12382/-Pacaran-Sehat-Ala-Kemdikbud- , diakses pada tanggal 18 Desember 2014)
Anonim. 10 Cara Pacaran yang Sehat. (http://www.top10indo.com/2013/06/10-cara-pacaran-yang-sehat.html, diakses pada tanggal 18 Desember 2014)
Agus. Tahapan Pacaran. (http://aluviku.blogspot.com/2012/12/tahapan-pacaran.html, diakses pada tanggal 19 Desember 2014)
Zuliliyan. Ciri Pacaran Tidak Sehat. (http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacaran-tidak-sehat.html, diakses pada tanggal 18 Desember 2014) 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments