Mengapa menulis?


Mengapa menulis?

Saya bisa memberikan begitu banyak jawaban, tapi semuanya merupakan kamuflase bagi pertanyaan: mengapa menulis untuk diterbitkan? Yang pertama, karena idealisme pribadi yang awalnya bercita-cita untuk menerbitkan satu buku sebelum mati. Idealisme ini awalnya bermula dari mimpi, tapi dilandasi juga oleh keinginan kuat untuk membuktikan kalau saya bisa, kepada orang-orang yang pernah menentang keinginan ini. Bisa juga sebagai cara saya mengeksplorasi diri, karena saya ingin tahu apa saya benar-benar bisa menulis dan punya buku yang diterbitkan, atau memang hanya sekadar angan pungguk yang merindukan bulan. Idealisme yang ada semakin diperkuat saat saya bergabung dengan komunitas penulisan. Di sana, saya merasa 'terasah', berkomunikasi dengan sesama pencinta dunia penulisan, menerima berbagai kritik bertubi-tubi, juga pujian. Dari sana, begitu banyak yang saya pelajari dan rasakan, membuat saya semakin yakin bahwa ini dunia yang ingin saya geluti. Lalu, satu-persatu teman-teman komunitas mulai menerbitkan naskah mereka, kebanyakan lewat penerbit-penerbit terkenal. Jujur, walau saya merasa kagum, saya juga iri luar biasa. Akhirnya, rasa-rasa itu berkembang menjadi keinginan yang lebih lekat dan memacu saya untuk terus berusaha.

Idealisme kembali muncul saat beberapa naskah saya akhirnya berhasil diterima penerbit dan diterbitkan. Dari sana, terngiang ucapan beberapa orang, teruslah menulis!Ada deadline yang kasat mata, keharusan tak tertulis untuk terus berkarya karena saya tidak bisa membiarkan jeda yang terlalu lama dan karya selanjutnya perlu menyusul. Lalu, ada idealisme dalam diri yang mengeset target pribadi, padahal tidak ada yang menagih.Satu dua naskah setahun. Selama ini, saya berusaha menepati 'janji' itu kepada diri sendiri, meskipun sulit, terutama saat jadwal tidak memungkinkan, atau ide enggan menyangkut.

Akan bohong kalau saya tidak menyebutkan bahwa alasan materi pun berpengaruh sebagai jawaban: mengapa menulis untuk diterbitkan? Selama ini, saya menganggap royalti menulis adalah hasil jerih payah yang seluruhnya merupakan milik saya, hasil bergadang menulis, menyempatkan diri di setiap celah waktu, dan berbulan-bulan mengetik, menghapus dan mengedit. Alasan materi pun salah satu alasan signifikan yang melandasinya.

Tapi, kembali lagi ke pertanyaan: mengapa menulis? Mengapa menulis walau naskah hanya mengendap dan tidak diterbitkan, mengapa menulis walau tidak ada deadline atau proyek khusus, mengapa membuka laptop dan mengetik walau merasa lelah, mengapa menulis sungguh-sungguh walau ini kesannya 'hanya' pekerjaan?

Saya tercenung memikirkannya sejenak, dan hanya ada satu jawaban. Saya sungguh tidak tahu.

Yang saya tahu adalah, kata-kata ini mengendap di kepala, menunggu untuk dimuntahkan. Karakter-karakter hidup dalam diri saya, menunggu dengan sabar sampai kisah mereka diceritakan, walau kadang tak sabar juga sih karena saat waktu tak tepat pun mereka terus mendesak :) karena saat saya tidak menulis untuk beberapa waktu, saya merindukannya, tak sabar mencoret-coret buku catatan, atau sampai kata-kata muncul di layar laptop yang tadinya kosong. Karena saat menulis, saya memudar dari dunia saya dan muncul kembali dalam dunia yang saya kreasikan, seperti sebuah rahasia di mana hanya saya yang tahu.

Ah, saya suka menulis. Itu saja jawaban saya. Karena di suatu titik waktu, saya cukup beruntung untuk menemukan satu hal yang saya cintai, dan kebetulan saya diberkati dengan kemampuan untuk melatihnya dan menjadi lebih baik dalam bidang tersebut. Karena saya kemudian sangat beruntung sebab memiliki kesempatan untuk menerbitkan karya, agar dapat dibaca khalayak luas, dan mimpi saya menjadi nyata. Dari sekian banyak hal dalam hidup yang saya syukuri, ini adalah salah satu yang duduk dalam posisi teratas.

Jadi, saya bersyukur, dan tidak mau menyia-nyiakannya. Saya menyukai tulis-menulis, dan ingin melakukannya seumur hidup. Saya beruntung, memiliki pekerjaan yang merupakan passion saya, dan sebaliknya juga, bisa menjadikan hobi ini menjadi pekerjaan.

Mengapa menulis?

Karena saya ingin, dan saya suka. Sesederhana itu :) terima kasih Aksara karena membuat saya berkilas balik dan menyadari satu hal ini.


Repost dari: http://winna-efendi.blogspot.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 Comments:

Posting Komentar